BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Kurikulum merupakan salah satu komponen yang sangat
penting dalam pendidikan. Tanpa kurikulum, proses pendidikan tidak akan
berjalan mulus. Kurikulum diperlukan sebagai salah satu komponen untuk
menentukan tercapainya tujuan pendidikan. Di dalam kurikulum terangkum berbagai
kegiatan dan pola pengajaran yang dapat menentukan arah proses pembelajaran.
Itulah sebabnya, menelaah dan mengkaji kurikulum merupakan suatu kewajiban bagi
guru.
Kurikulum tidak sekadar mempersoalkan sesuatu yang
diajarkan, tetapi menyangkut pula bagaimana sebuah mata pelajaran diajarkan,
diorganisasikan menjadi pengalaman bermakna bagi siswa.
Kurikulum mengalami perubahan sesuai dengan berkembangnya
zaman. Di Indonesia, kurikulum sudah mengalami perubahan beberapa kali.
Kurikulum di Indonesia diberi nama sesuai dengan tahun mulai berlakunya.
Misalnya kurikulum 1975, 1984, 1994, 2004, dan yang termutakhir adalah
kurikulum 2006 yang juga disebut KTSP. Bahkan sekarang dunia pendidikan sedang hangat-hangatnya
membahas kurikulum terbaru yaitu kurikulum 2013.
Betapa
pentingnya usaha mengembangkan kurikulum itu. Oleh sebab itu, setiap guru
merupakan kunci utama dalam pelaksanaan kurikulum, maka ia harus pula memahami
seluk-beluk kurikulum, termasuk asas-asasnya. Untuk itu pada kesempatan kali
ini penulis mencoba untuk memaparkan materi yang berkenaan dengan pengertian dan asas-asas
kurikulum. Lebih jelasnya akan dibahas pada bab berikutnya.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan
latar belakang diatas, penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apa
yang dimaksud dengan kurikulum dan bagaimana pandangan beberapa ahli tentang
pengertian kurikulum ini?
2. Apa
saja asas-asas kurikulum?
3. Apa
itu kurikulum tradisional atau progresif dalam dunia pendidikan dan masih
layakkah jika diterapkan?
4. Apa
komponen yang ada dalam kurikulum?
1.3 TUJUAN
Adapun
tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk
memahami pengertian kurikulum serta kegunaannya dalam proses pembelajaran
2. Untuk
mengetahui asas-asas kurikulum
3. Untuk
mengetahui tentang kurikulum tradisional atau progresif
4. Untuk
memahami apa saja komponen yang ada pada suatu kurikulum
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
PENGERTIAN KURIKULUM
Perubahan zaman menuntut kurikulum baru dan sering
juga pengertian baru mengenai makna kurikulum itu sendiri. Dalam PP No. 19
tahun 2005 tentang SNP dijelaskan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana
dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai
tujuan pendidikan tertentu (2007:3)
Senada
dengan pengertian di atas, Oemar Hamalik (1990:32) menyatakan bahwa kurikulum
adalah suatu alat yang amat penting dalam rangka merealisasi dan mencapai
tujuan pendidikan sekolah. Dalam arti luas kurikulum dapat diartikan sesuatu
yang dapat mempengaruhi siswa, baik dalam lingkungan sekolah maupun luar
sekolah.
Soedijarto
mengemukakan bahwa kurikulum adalah segala pengalaman dan kegiatan belajar yang
direncanakan, diorganisasikan untuk ditaati para siswa untuk mencapai tujuan
pendidikan yang telah diterapkan untuk suatu lembaga pendidikan.
Di bawah
ini kami berikan sejumlah definisi kurikulum menurut beberapa ahli kurikulum.
1.
J.
Galen Saylor dan William M. Alexander dalam buku Curriculum Planning forBetter
Teaching and Learning (1956) menjelaskan arti kurikulum sebagai berikut “segala
usaha sekolahuntuk mempengaruhi anak belajar, apakah dalam ruangan kelas, di
halaman sekolah atau di luar sekolah termasuk kurikulum. Kurikulum meliputi
juga apayang disebut kegiatan ekstra-kurikuler.”
2.
Harold
B. Albertycs. dalam Reorganizing the High-School Curriculum (1965)memandang
kurikulum sebagai “kurikulum tidak terbatas pada mata pelajaran, akan tetapi
juga meliputi kegiatan-kegiatan lain, di dalam dan luar kelas, yang berada di
bawah tanggung jawab sekolah. Definisi melihat manfaat kegiatan dan pengalaman
siswa di luar mata pelajaran tradisional.”
3.
B.
Othanel Smith, W.O. Stanley, dan J. Harlan Shores memandang kurikulum sebagai
kurikulum sebagai “sejumlah pengalaman yang secara potensial dapatdiberikan
kepada anak dan pemuda, agar mereka dapat berpikir dan berbuatsesuai dengan
masyarakatnya.”
4.
William
B. Ragan, dalam buku Modern Elementary Curriculum (1966) menjelaskan arti
kurikulum sebagai berikut: Kurikulum tidak hanya meliputi bahan pelajaran tetapi
meliputi seluruh kehidupan dalam kelas. Jadi hubungan sosial antara gurudan
murid, metode mengajar, cara mengevaluasi termasuk kurikulum.
5.
J.
Lloyd Trump dan Delmas F. Miller dalam buku Secondary Schoollmprovemant (1973)
juga menganut defmisi kurikulum yang luas. Menurutmereka dalam kurikulum juga termasuk
metode mengajar dan belajar, cara mengevaluasi murid dan seluruh program,
perubahan tenaga mengajar,bimbingan dan penyuluhan, supervisi dan administrasi
dan hal-hal structural mengenai waktu, jumlah ruangan serta kemungkinan memilih
mata pelajaran. Ketiga aspek pokok, program, manusia dan fasilitas sangat erat
hubungannya, sehingga tak mungkin diadakan perbaikan kalau tidak diperhatikan
ketiga-tiganya.
6.
Alice Miel juga menganut pendirian yang
luas mengenai kurikulum. Dalam bukunya Changing the Curriculum : a Social
Process (1946) is mengemukakan bahwa kurikulum juga meliputi keadaan gedung,
suasana sekolah, keinginan, keyakinan, pengetahuan dan sikap orang-orang
melayani dan dilayani sekolah,yakni anak didik, masyarakat, para pendidik dan
personalia (termasuk penjaga sekolah, pegawai administrasi dan orang lainnya
yang ada hubungannya dengan murid-murid ). Jadi kurikulum meliputi segala
pengalaman dan pengaruh yangbercorak pendidikan yang diperoleh anak di sekolah.
Definisi Miel tentang kurikulum sangat luas yang mencakup yang meliputi bukan
hanya pengetahuan, kecakapan, kebiasaan-kebiasaan, sikap, apresiasi, cita-cita
serta norma-norma, melainkan juga pribadi guru, kepala sekolah serta seluruh
pegawai sekolah.
7.
Edward A. Krug dalam The Secondary School
Curriculum (1960) menunjukkan pendirian yang terbatas tapi realistis tentang
kurikulum. Definisinya ialah Kurikulum dilihatnya sebagai cara-cara dan usaha
untuk mencapaitujuan persekolahan. la membedakan tugas sekolah mengenai
perkembangan anak dan tanggung jawab lembaga pendidikan lainnya seperti rumah
tangga,lembaga agama, masyarakat, dan Iain-lain. la dengan sengaja menggunakan istilah
"schooling" untuk menjelaskan apa sebenarnya tugas sekolah. Memborong
segala tanggung jawab atas pendidikan anak akan merupakan beban yang terlampau
berat, sehingga tidak mungkin dilakukan dengan baik.
Dari beberapa pendapat di atas
disimpulkan bahwa kurikulum merupakan seperangkat pelajaran yang harus
diberikan kepada siswa dengan metode tertentu dan pengalaman belajar yang
relevan dengan tujuan pembelajaran di bawah tanggung jawab sekolah. Kurikulum merupakan
keseluruhan hasil belajar yang direncanakan dan di bawah tanggung jawab
sekolah. Kurikulum tidak sekadar mempersoalkan sesuatu yang
diajarkan, tetapi menyangkut pula bagaimana sebuah mata pelajaran diajarkan,
diorganisasikan menjadi pengalaman bermakna bagi siswa.
2.2
ASAS-ASAS KURIKULUM
Semua pertanyaan itu menyangkut asas-asas yang
mendasari setiap kurikulum, yakni :
1. Asas
filosofis yang berkenaan dengan tujuan pendidikan yang sesuai dengan filsafat
negara.
2. Asas
psikologis yang memperhitungkan faktor anak dalam kurikulum yakni a.psikologi
anak, perkembangan anak, b. psikologi belajar, bagaimana prosesbelajar anak.
3. Asas
sosiologis, yaitu keadaan masyarakat, perkembangan dan perubahannya,kebudayaan
manusia, hasil kerja manusia berupa pengetahuan, dan lain-lain.
4. Asas
organisatoris yang mempertimbangkan bentuk dan organisasi bahan pelajaran yang
disajikan.
1.
Asas
Filosofis
Sekolah bertujuan mendidik anak agar
menjadi manusia yang "baik". Apakahyang dimaksud dengan
"balk" pada hakikatnya ditentukan oleh nilai-nilai, cita-citaatau
filsafat yang dianut negara, tapi juga guru, orang tua, masyarakat bahkan
dunia.Perbedaan filsafat dengan sendirinya akan menimbulkan perbedaan dalam
tujuanpendidikan, jadi juga bahan pelajaran yang disajikan, mungkin juga cara mengajardan
menilainya. Pendidikan di negara otokratis akan berbeda dengan negara
yangdemokratis, pendidikan di negara yang menganut agama Budha akan
berlainandenagan pendidikan di negara yang memeluk agama Islam atau Kristen.
Kurikulum tak dapat tiada mempunyai hubungan yang erat denganfilsafat bangsa
dan negara terutama dalam menentukan manusia yang dicita-citakansebagai tujuan
yang harus dicapai melalui pendidikan formal
2.
Asas
Psikologis
a.
Psikologi
anak
Sekolah
didirikan untuk kepentingan anak, yakni menciptakan situasi-situasi di mana
anak dapat belajar untuk mengembangkan bakatnya. Selama berabad-abad anak tidak
dipandang sebagai manusia yang lain dari pada orang dewasa dan karena itu
mempunyai kebutuhan sendiri sesuai dengan perkembangannya. Baru setelah
Rousseau anak itu dikenal sebagai anak, dan dilakukan penelitian ilmiah untuk
lebih mengenalnya, dan sejak permulaan abad ke-20 anak kian mendapat perhatian
menjadi salah satu asas dalam pengembangan kurikulum. Timbullah aliran yang
disebut progresif, bahkan kurikulum yang semata-mata didasarkan atas minat dan
perkembangan anak, yaitu "Child centered curriculum". Kurikulum ini
dapat dipandang sebagai reaksi terhadap kurikulum yang ditentukan oleh orang
dewasa tanpa menghiraukan kebutuhan dan minat anak. Tentu saja kurikulum yang
begitu ekstrim mengutamakan salah satu dasar akan mempunyai
kekurangan-kekurangan. Namun gerakan ini tak dapat tiada menarik perhatian para
pendidik, khususnya para pengembang kurikulum, untuk selalu menjadikan anak
sebagai salah satu pokok pemikiran.
b.
Psikologi
belajar
Pendidikan di sekolah diberikan dengan kepercayaan
dan keyakinan bahwa anak-anak dapat dididik, dapat dipengaruhi kelakuannya.
Anak-anak dapat belajar, dapat menguasai sejumlah pengetahuan, dapat mengubah
sikapnya, dapat menerima norma-norma, dapat menguasai sejumlah keterampilan.
Soal yang penting ialah : bagaimanakah anak itu belajar? Kalau kita tahu betul,
bagaimana proses belajar ituberlangsung, dalam keadaan yang bagaimana belajar
itu memberi hasil yang sebaik-baiknya, maka kurikulum dapat direncanakan dan
dilaksanakan dengan carayang seefektif-efektifnya.
3.
Asas
Sosiologis
Tiap masyarakat mempunyai
norma-norma, adat kebiasaan yang tak dapattiada harus dikenal dan diwujudkan anak
dalam pribadinya lalu dinyatakannya dalamkelakuannya. Tiap masyarakat berlainan
corak nilai-nilai yang dianutnya. Tiap anakakan berbeda latar belakang
kebudayaannya. Perbedaan ini harus di-pertimbangkandalam kurikulum. Juga
perubahan masyarakat akibat perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
merupakan faktor pertimbangan dalam kurikulum. Oleh sebab masyarakat suatu
faktor yang begitu penting dalam pengembangan kurikulum, maka masyarakat
dijadikan salah satu asas. Dalam hal ini pun harus kita jaga, agar asas ini
jangan terlampau mendominasi sehingga timbul kurikulum yang berpusat pada
masyarakat atau "society-centered curriculum"
4.
Asas
Organisator
Asas ini
herkenaan dengan masalah, dalam bentuk yang bagaimana bahanpelajaran akan
disajikan? Apakah dalam bentuk mata pelajaran yang terpisah-pisah,ataukah
diusahakan adanya hubungan antara pelajaran yang diberikan, misalnyadalam
bentuk broad-field atau bidang studi seperti IPA, IPS, Bahasa, dan lain-lain. Ataukah
diusahakan hubungan secara lebih mendalam dengan menghapuskan segala batas-batas
mata pelajaran, jadi dalam bentuk kurikulum yang terpadu. Ilmu jiwa asosiasi
yang berpendirian bahwa keseluruhan sama dengan jumlah bagian-bagiannya cenderung
memilih kurikulum yang subject-centered, atau yang berpusat pada mata pelajaran,
yang dengan sendirinya akan terpisah-pisah. Sebaliknya ilmu jiwa Gestalt lebih
mengutamakan keseluruhan, karena keseluruhan itu bermakna dan lebih relevan dengan
kebutuhan anak dan masyarakat. Aliran psikologi ini lebih cenderung memilih
kurikulum terpadu atau integrated kurikulum.
Kembali perlu di
ingatkan, bahwa tidak ada kurikulum yang baik dan tidakbaik. Setiap organisasi
kurikulum mempunyai kebaikan akan tetapi tidak lepas dari kekurangan ditinjau
dari segi-segi tertentu. Selain itu, bermacam-macam organisasi kurikulum dapat
dijalankan secara bersama di satu sekolah, bahkan yang satu dapat membantu atau
melengkapi yang satu lagi.
2.3
KURIKULUM TRADISIONAL ATAU PROGRESIF
Menjalankan kurikulum progresif akan banyak mendapat
tentangan, antara lain dari pihak guru yang terkenal karena sikap
konservatifnya, juga orang tua yang telah mengecap pendidikan tradisional dan
merasakan manfaatnya. Kesulitan yang dihadapi kurikulum progresif ialah, bahwa
orang mengharapkan hasil-hasil tradisional dari sekolah yang progresif.
Sekolah progresif misalnya mementingkan kemampuan
memecahkan masalah dan menggunakan pengetahuan secara fungsional untuk
memecahkan masalah itu. Tidak diharapkan siswa mempunyai pengetahuan yang
uniform. Namun orang tua masih mengharapkan agar murid-murid hafal akan nama-nama
geografis, tahun-tahun dan tokoh-tokoh sejarah, terampil dalam hitungandi luar
kepala, dan Iain-lain.
Sekolah progresif harus dinilai berdasarkan prinsip-prinsip
sekolah itu. Kita inginkan agar anak-anak kreatif, sanggup berpikirsendiri,
walaupun kesimpulannya lain dari yang lain, kita ingin agar anak sanggup mengadakan
penelitian dan penemun, namun kita mengadakan ujian nasional yang uniform yang
tidak menghiraukan perbedaan individual, dan terutama menonjolkan hafalan,
tidak mengizinkan perbedaan pendapat, menentukan lebih dahulu mana yangbenar
yang dicoba anak mencari atau menerkanya bila menghadapi ujian bercorak objektif.
Di bawah ini kami cantumkan beberapa perbedaan
antara pendiriantradisional dan progresif.
1.
Penganut
kurikulum tradisional berpegang pada kurikulum yang didasarkan atas subjek atau
mata pelajaran, yang biasanya diberikan secara terpisah-pisah. Bahan mata pelajaran
diambil dari berbagai disiplin ilmu yang dibina dan senantiasa dikembangkan
para ilmuwan dan karena itu mendapat penghargaan tinggi dari masyarakat.
Kurikulum tradisional ini telah bertahan selama beberapa abad dan diduga akan
bertahan terus sepanjang masa.
2.
Penganut
kurikulum progresif atau modern tidak menolak ilmu, akan tetapitidak dipelajari
demi ilmu sendiri, akan tetapi untuk digunakan dalam memecahkansuatu masalah.
Sambil memecahkan masalah siswa mengumpulkan ilmu yang diperlukan. Mengumpulkan
ilmu demi ilmu yang tidak fungsional hanya membeban otak dengan hal-hal yang
mubazir. Tujuan pendidikan bukan hanya mengembangkan aspek intelektual saja
melainkan keseluruhan pribadi anak dalam segala aspek.
3.
Dalam
kurikulum tradisional diperlukan pengarahan, pengawasan, control dan disiplin
yang ketat, agar siswa mempelajari bahan yang sama dan mencapai tingkat
penguasaan yang sama. Sebaliknya kurikulum yang progresif lebih banyak memberi
kebebasan kepada siswa untuk menentukan apa yang akan dipelajarinya, sesuai
dengan minat dan kesanggupannya dalam suasana yang mengizinkan kebebasan.
4.
Kurikulum
tradisional menyamaratakan semua siswa baik mengenai bahan, metode
belajar-mengajar, maupun evaluasi. Kurikulum progresif memperhatikan bahkan
membantu perkembangan keunikan individu.
5. Kurikulum tradisional menerima
kenyataan dalam masyarakat sebagaimanaadanya, sedangkan kurikulum progresif
berusaha untuk mengubah lingkungan untukmembentuk dunia yang lebih baik.
Kalau
diteliti lebih lanjut dapat lagi kita temui perbedaan lain antara kedua pendekatan
dalam pengembangan kurikulum. Dapat kita katakan, bahwa kurikulum progresif
merupakan reaksi dalam berbagai bentuk terhadap kekurangan-kekurangan yang
terdapat dalam kurikulum tradisional. Namun betapa pun kritik terhadap
kurikulum tradisional, kurikulum ini tetap bertahan.
2.4 KOMPONEN-KOMPONEN KURIKULUM
Ralph W.Tyler dalam bukunya Basic
Principles of Curriculum andInstruction (1949), salah satu buku yang paling
berpengaruh dalam pengembangan kurikulum, mengajukan 4 pertanyaan pokok, yakni
:
1. Tujuan
apa yang harus dicapai sekolah?
2. Bagaimanakah
memilih bahan pelajaran guna mencapai tujuan itu?
3. Bagaimanakah
bahan disajikan agar efektif diajarkan?
4. Bagaimanakah
efektivitas belajar dapat dinilai?
Berdasarkan pertanyaan itu, maka
diperoleh keempat komponen kurikulum yakni, (1) tujuan, (2) bahan pelajaran,
(3) proses belajar-mengajar, (4) evaluasi atau penilaian. Keempat komponen ini
dapat digambarkan dalam bagan sebagai berikut.










PBM
Pola kurikulum yang dikemukakan oleh
Tyler ini tampaknya sangatsederhana, namun dalam kenyataannya lebih kompleks
daripada yang diduga. Takmudah menentukan tujuan pendidikan atau pelajaran, tak
mudah pula menentukanbahan yang tepat guna mencapai tujuan itu, misalnya bahan
untuk mendidik anak agarmenjadi manusia pembangun, jujur, kerja keras, dan
sebagainya. Menentukan PBMyang efektif tak kurang sulitnya, karena
keberhaslannya baru diketahui setelah dinilai.Konsep tayle tentang komposisi kurikulum
tentu mendapat kritik, namunmasih dipertimbangkan hingga sekarang.
BAB III
PENUTUP
3.1
KESIMPULAN
Kurikulum
merupakan seperangkat pelajaran yang harus diberikan kepada siswa dengan metode
tertentu dan pengalaman belajar yang relevan dengan tujuan pembelajaran di
bawah tanggung jawab sekolah.
Asas-asas yang mendasari setiap kurikulum, yakni :
1. Asas
filosofis yang berkenaan dengan tujuan pendidikan yang sesuai dengan filsafat
negara.
2. Asas
psikologis yang memperhitungkan faktor anak dalam kurikulum yakni a.psikologi
anak, perkembangan anak, b. psikologi belajar, bagaimana prosesbelajar anak.
3. Asas
sosiologis, yaitu keadaan masyarakat, perkembangan dan perubahannya,kebudayaan
manusia, hasil kerja manusia berupa pengetahuan, dan lain-lain.
4. Asas
organisatoris yang mempertimbangkan bentuk dan organisasi bahan pelajaran yang
disajikan.
Komponen kurikulum yakni, (1)
tujuan, (2) bahan pelajaran, (3) proses belajar-mengajar, (4) evaluasi atau penilaian.
3.2 SARAN
Karena keterbatasan informasi, dalam penulisan makalah ini hanya membahas
singkat tentang pengelolaan kelas. Untuk mengetahui informasi yang lebih
lengkap tentang pengelolaan kelas ini, penulis menyarankan untuk mencari
informasi yang berkaitan dengan makalah ini dari berbagai sumber.
DAFTAR
PUSTAKA
Jamaluddin, Derry.2011.http://deryjamaluddin.page.tl/Asas_asas-Kurikulum.html.
di unduh tanggal 10 Februari 2014
Kharis, Akhmad.2013.http://akhmadkk.blogspot.com/2013/02/pengertian-dan-asas-asas-kurikulum.html.
di unduh tanggal 10 Februari 2014
NN.2013. http://www.slideshare.net/balidgunners/asas-asaskurikulum3#.
Di unduh tanggal 10 Februari 2014
Prof. Dr. S. Nasution, M.A. 2011. Asas-Asas Kurikulum. Bumi Aksara:
Jakarta
Toni. R. 2009.http://tonipurwakarta.blogspot.com/2009/01/azas-azas-kurikulum.
html. Di unduh tanggal 10 Februari 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar