Selasa, 06 Mei 2014



BAB I
PENDAHULUAN
1.1  LATAR BELAKANG
Kurikulum merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam pendidikan. Tanpa kurikulum, proses pendidikan tidak akan berjalan mulus. Kurikulum diperlukan sebagai salah satu komponen untuk menentukan tercapainya tujuan pendidikan. Di dalam kurikulum terangkum berbagai kegiatan dan pola pengajaran yang dapat menentukan arah proses pembelajaran. Itulah sebabnya, menelaah dan mengkaji kurikulum merupakan suatu kewajiban bagi guru.
Kurikulum tidak sekadar mempersoalkan sesuatu yang diajarkan, tetapi menyangkut pula bagaimana sebuah mata pelajaran diajarkan, diorganisasikan menjadi pengalaman bermakna bagi siswa.
Kurikulum mengalami perubahan sesuai dengan berkembangnya zaman. Di Indonesia, kurikulum sudah mengalami perubahan beberapa kali. Kurikulum di Indonesia diberi nama sesuai dengan tahun mulai berlakunya. Misalnya kurikulum 1975, 1984, 1994, 2004, dan yang termutakhir adalah kurikulum 2006 yang juga disebut KTSP. Bahkan sekarang dunia pendidikan sedang hangat-hangatnya membahas kurikulum terbaru yaitu kurikulum 2013.
Betapa pentingnya usaha mengembangkan kurikulum itu. Oleh sebab itu, setiap guru merupakan kunci utama dalam pelaksanaan kurikulum, maka ia harus pula memahami seluk-beluk kurikulum, termasuk asas-asasnya. Untuk itu pada kesempatan kali ini penulis mencoba untuk memaparkan materi yang berkenaan dengan pengertian dan asas-asas kurikulum. Lebih jelasnya akan dibahas pada bab berikutnya.
1.2  RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
1.      Apa yang dimaksud dengan kurikulum dan bagaimana pandangan beberapa ahli tentang pengertian kurikulum ini?
2.      Apa saja asas-asas kurikulum?
3.      Apa itu kurikulum tradisional atau progresif dalam dunia pendidikan dan masih layakkah jika diterapkan?
4.      Apa komponen yang ada dalam kurikulum?

1.3  TUJUAN
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.      Untuk memahami pengertian kurikulum serta kegunaannya dalam proses pembelajaran
2.      Untuk mengetahui asas-asas kurikulum
3.      Untuk mengetahui tentang kurikulum tradisional atau progresif
4.      Untuk memahami apa saja komponen yang ada pada suatu kurikulum


BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN KURIKULUM
Perubahan zaman menuntut kurikulum baru dan sering juga pengertian baru mengenai makna kurikulum itu sendiri. Dalam PP No. 19 tahun 2005 tentang SNP dijelaskan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (2007:3)
Senada dengan pengertian di atas, Oemar Hamalik (1990:32) menyatakan bahwa kurikulum adalah suatu alat yang amat penting dalam rangka merealisasi dan mencapai tujuan pendidikan sekolah. Dalam arti luas kurikulum dapat diartikan sesuatu yang dapat mempengaruhi siswa, baik dalam lingkungan sekolah maupun luar sekolah.
Soedijarto mengemukakan bahwa kurikulum adalah segala pengalaman dan kegiatan belajar yang direncanakan, diorganisasikan untuk ditaati para siswa untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah diterapkan untuk suatu lembaga pendidikan.
Di bawah ini kami berikan sejumlah definisi kurikulum menurut beberapa ahli kurikulum.
1.      J. Galen Saylor dan William M. Alexander dalam buku Curriculum Planning forBetter Teaching and Learning (1956) menjelaskan arti kurikulum sebagai berikut “segala usaha sekolahuntuk mempengaruhi anak belajar, apakah dalam ruangan kelas, di halaman sekolah atau di luar sekolah termasuk kurikulum. Kurikulum meliputi juga apayang disebut kegiatan ekstra-kurikuler.”
2.      Harold B. Albertycs. dalam Reorganizing the High-School Curriculum (1965)memandang kurikulum sebagai “kurikulum tidak terbatas pada mata pelajaran, akan tetapi juga meliputi kegiatan-kegiatan lain, di dalam dan luar kelas, yang berada di bawah tanggung jawab sekolah. Definisi melihat manfaat kegiatan dan pengalaman siswa di luar mata pelajaran tradisional.”
3.      B. Othanel Smith, W.O. Stanley, dan J. Harlan Shores memandang kurikulum sebagai kurikulum sebagai “sejumlah pengalaman yang secara potensial dapatdiberikan kepada anak dan pemuda, agar mereka dapat berpikir dan berbuatsesuai dengan masyarakatnya.”
4.      William B. Ragan, dalam buku Modern Elementary Curriculum (1966) menjelaskan arti kurikulum sebagai berikut: Kurikulum tidak hanya meliputi bahan pelajaran tetapi meliputi seluruh kehidupan dalam kelas. Jadi hubungan sosial antara gurudan murid, metode mengajar, cara mengevaluasi termasuk kurikulum.
5.      J. Lloyd Trump dan Delmas F. Miller dalam buku Secondary Schoollmprovemant (1973) juga menganut defmisi kurikulum yang luas. Menurutmereka dalam kurikulum juga termasuk metode mengajar dan belajar, cara mengevaluasi murid dan seluruh program, perubahan tenaga mengajar,bimbingan dan penyuluhan, supervisi dan administrasi dan hal-hal structural mengenai waktu, jumlah ruangan serta kemungkinan memilih mata pelajaran. Ketiga aspek pokok, program, manusia dan fasilitas sangat erat hubungannya, sehingga tak mungkin diadakan perbaikan kalau tidak diperhatikan ketiga-tiganya.
6.      Alice Miel juga menganut pendirian yang luas mengenai kurikulum. Dalam bukunya Changing the Curriculum : a Social Process (1946) is mengemukakan bahwa kurikulum juga meliputi keadaan gedung, suasana sekolah, keinginan, keyakinan, pengetahuan dan sikap orang-orang melayani dan dilayani sekolah,yakni anak didik, masyarakat, para pendidik dan personalia (termasuk penjaga sekolah, pegawai administrasi dan orang lainnya yang ada hubungannya dengan murid-murid ). Jadi kurikulum meliputi segala pengalaman dan pengaruh yangbercorak pendidikan yang diperoleh anak di sekolah. Definisi Miel tentang kurikulum sangat luas yang mencakup yang meliputi bukan hanya pengetahuan, kecakapan, kebiasaan-kebiasaan, sikap, apresiasi, cita-cita serta norma-norma, melainkan juga pribadi guru, kepala sekolah serta seluruh pegawai sekolah.
7.      Edward A. Krug dalam The Secondary School Curriculum (1960) menunjukkan pendirian yang terbatas tapi realistis tentang kurikulum. Definisinya ialah Kurikulum dilihatnya sebagai cara-cara dan usaha untuk mencapaitujuan persekolahan. la membedakan tugas sekolah mengenai perkembangan anak dan tanggung jawab lembaga pendidikan lainnya seperti rumah tangga,lembaga agama, masyarakat, dan Iain-lain. la dengan sengaja menggunakan istilah "schooling" untuk menjelaskan apa sebenarnya tugas sekolah. Memborong segala tanggung jawab atas pendidikan anak akan merupakan beban yang terlampau berat, sehingga tidak mungkin dilakukan dengan baik.
Dari beberapa pendapat di atas disimpulkan bahwa kurikulum merupakan seperangkat pelajaran yang harus diberikan kepada siswa dengan metode tertentu dan pengalaman belajar yang relevan dengan tujuan pembelajaran di bawah tanggung jawab sekolah. Kurikulum merupakan keseluruhan hasil belajar yang direncanakan dan di bawah tanggung jawab sekolah. Kurikulum tidak sekadar mempersoalkan sesuatu yang diajarkan, tetapi menyangkut pula bagaimana sebuah mata pelajaran diajarkan, diorganisasikan menjadi pengalaman bermakna bagi siswa.
2.2 ASAS-ASAS KURIKULUM
Semua pertanyaan itu menyangkut asas-asas yang mendasari setiap kurikulum, yakni :
1.      Asas filosofis yang berkenaan dengan tujuan pendidikan yang sesuai dengan filsafat negara.
2.      Asas psikologis yang memperhitungkan faktor anak dalam kurikulum yakni a.psikologi anak, perkembangan anak, b. psikologi belajar, bagaimana prosesbelajar anak.
3.      Asas sosiologis, yaitu keadaan masyarakat, perkembangan dan perubahannya,kebudayaan manusia, hasil kerja manusia berupa pengetahuan, dan lain-lain.
4.      Asas organisatoris yang mempertimbangkan bentuk dan organisasi bahan pelajaran yang disajikan.
1.      Asas Filosofis
Sekolah bertujuan mendidik anak agar menjadi manusia yang "baik". Apakahyang dimaksud dengan "balk" pada hakikatnya ditentukan oleh nilai-nilai, cita-citaatau filsafat yang dianut negara, tapi juga guru, orang tua, masyarakat bahkan dunia.Perbedaan filsafat dengan sendirinya akan menimbulkan perbedaan dalam tujuanpendidikan, jadi juga bahan pelajaran yang disajikan, mungkin juga cara mengajardan menilainya. Pendidikan di negara otokratis akan berbeda dengan negara yangdemokratis, pendidikan di negara yang menganut agama Budha akan berlainandenagan pendidikan di negara yang memeluk agama Islam atau Kristen. Kurikulum tak dapat tiada mempunyai hubungan yang erat denganfilsafat bangsa dan negara terutama dalam menentukan manusia yang dicita-citakansebagai tujuan yang harus dicapai melalui pendidikan formal
2.      Asas Psikologis
a.      Psikologi anak
Sekolah didirikan untuk kepentingan anak, yakni menciptakan situasi-situasi di mana anak dapat belajar untuk mengembangkan bakatnya. Selama berabad-abad anak tidak dipandang sebagai manusia yang lain dari pada orang dewasa dan karena itu mempunyai kebutuhan sendiri sesuai dengan perkembangannya. Baru setelah Rousseau anak itu dikenal sebagai anak, dan dilakukan penelitian ilmiah untuk lebih mengenalnya, dan sejak permulaan abad ke-20 anak kian mendapat perhatian menjadi salah satu asas dalam pengembangan kurikulum. Timbullah aliran yang disebut progresif, bahkan kurikulum yang semata-mata didasarkan atas minat dan perkembangan anak, yaitu "Child centered curriculum". Kurikulum ini dapat dipandang sebagai reaksi terhadap kurikulum yang ditentukan oleh orang dewasa tanpa menghiraukan kebutuhan dan minat anak. Tentu saja kurikulum yang begitu ekstrim mengutamakan salah satu dasar akan mempunyai kekurangan-kekurangan. Namun gerakan ini tak dapat tiada menarik perhatian para pendidik, khususnya para pengembang kurikulum, untuk selalu menjadikan anak sebagai salah satu pokok pemikiran.
b.      Psikologi belajar
Pendidikan di sekolah diberikan dengan kepercayaan dan keyakinan bahwa anak-anak dapat dididik, dapat dipengaruhi kelakuannya. Anak-anak dapat belajar, dapat menguasai sejumlah pengetahuan, dapat mengubah sikapnya, dapat menerima norma-norma, dapat menguasai sejumlah keterampilan. Soal yang penting ialah : bagaimanakah anak itu belajar? Kalau kita tahu betul, bagaimana proses belajar ituberlangsung, dalam keadaan yang bagaimana belajar itu memberi hasil yang sebaik-baiknya, maka kurikulum dapat direncanakan dan dilaksanakan dengan carayang seefektif-efektifnya.
3.      Asas Sosiologis
Tiap masyarakat mempunyai norma-norma, adat kebiasaan yang tak dapattiada harus dikenal dan diwujudkan anak dalam pribadinya lalu dinyatakannya dalamkelakuannya. Tiap masyarakat berlainan corak nilai-nilai yang dianutnya. Tiap anakakan berbeda latar belakang kebudayaannya. Perbedaan ini harus di-pertimbangkandalam kurikulum. Juga perubahan masyarakat akibat perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan faktor pertimbangan dalam kurikulum. Oleh sebab masyarakat suatu faktor yang begitu penting dalam pengembangan kurikulum, maka masyarakat dijadikan salah satu asas. Dalam hal ini pun harus kita jaga, agar asas ini jangan terlampau mendominasi sehingga timbul kurikulum yang berpusat pada masyarakat atau "society-centered curriculum"
4.      Asas Organisator
Asas ini herkenaan dengan masalah, dalam bentuk yang bagaimana bahanpelajaran akan disajikan? Apakah dalam bentuk mata pelajaran yang terpisah-pisah,ataukah diusahakan adanya hubungan antara pelajaran yang diberikan, misalnyadalam bentuk broad-field atau bidang studi seperti IPA, IPS, Bahasa, dan lain-lain. Ataukah diusahakan hubungan secara lebih mendalam dengan menghapuskan segala batas-batas mata pelajaran, jadi dalam bentuk kurikulum yang terpadu. Ilmu jiwa asosiasi yang berpendirian bahwa keseluruhan sama dengan jumlah bagian-bagiannya cenderung memilih kurikulum yang subject-centered, atau yang berpusat pada mata pelajaran, yang dengan sendirinya akan terpisah-pisah. Sebaliknya ilmu jiwa Gestalt lebih mengutamakan keseluruhan, karena keseluruhan itu bermakna dan lebih relevan dengan kebutuhan anak dan masyarakat. Aliran psikologi ini lebih cenderung memilih kurikulum terpadu atau integrated kurikulum.
Kembali perlu di ingatkan, bahwa tidak ada kurikulum yang baik dan tidakbaik. Setiap organisasi kurikulum mempunyai kebaikan akan tetapi tidak lepas dari kekurangan ditinjau dari segi-segi tertentu. Selain itu, bermacam-macam organisasi kurikulum dapat dijalankan secara bersama di satu sekolah, bahkan yang satu dapat membantu atau melengkapi yang satu lagi.
2.3 KURIKULUM TRADISIONAL ATAU PROGRESIF
Menjalankan kurikulum progresif akan banyak mendapat tentangan, antara lain dari pihak guru yang terkenal karena sikap konservatifnya, juga orang tua yang telah mengecap pendidikan tradisional dan merasakan manfaatnya. Kesulitan yang dihadapi kurikulum progresif ialah, bahwa orang mengharapkan hasil-hasil tradisional dari sekolah yang progresif.
Sekolah progresif misalnya mementingkan kemampuan memecahkan masalah dan menggunakan pengetahuan secara fungsional untuk memecahkan masalah itu. Tidak diharapkan siswa mempunyai pengetahuan yang uniform. Namun orang tua masih mengharapkan agar murid-murid hafal akan nama-nama geografis, tahun-tahun dan tokoh-tokoh sejarah, terampil dalam hitungandi luar kepala, dan Iain-lain.
Sekolah progresif harus dinilai berdasarkan prinsip-prinsip sekolah itu. Kita inginkan agar anak-anak kreatif, sanggup berpikirsendiri, walaupun kesimpulannya lain dari yang lain, kita ingin agar anak sanggup mengadakan penelitian dan penemun, namun kita mengadakan ujian nasional yang uniform yang tidak menghiraukan perbedaan individual, dan terutama menonjolkan hafalan, tidak mengizinkan perbedaan pendapat, menentukan lebih dahulu mana yangbenar yang dicoba anak mencari atau menerkanya bila menghadapi ujian bercorak objektif.
 Di bawah ini kami cantumkan beberapa perbedaan antara pendiriantradisional dan progresif.
1.      Penganut kurikulum tradisional berpegang pada kurikulum yang didasarkan atas subjek atau mata pelajaran, yang biasanya diberikan secara terpisah-pisah. Bahan mata pelajaran diambil dari berbagai disiplin ilmu yang dibina dan senantiasa dikembangkan para ilmuwan dan karena itu mendapat penghargaan tinggi dari masyarakat. Kurikulum tradisional ini telah bertahan selama beberapa abad dan diduga akan bertahan terus sepanjang masa.
2.      Penganut kurikulum progresif atau modern tidak menolak ilmu, akan tetapitidak dipelajari demi ilmu sendiri, akan tetapi untuk digunakan dalam memecahkansuatu masalah. Sambil memecahkan masalah siswa mengumpulkan ilmu yang diperlukan. Mengumpulkan ilmu demi ilmu yang tidak fungsional hanya membeban otak dengan hal-hal yang mubazir. Tujuan pendidikan bukan hanya mengembangkan aspek intelektual saja melainkan keseluruhan pribadi anak dalam segala aspek.
3.      Dalam kurikulum tradisional diperlukan pengarahan, pengawasan, control dan disiplin yang ketat, agar siswa mempelajari bahan yang sama dan mencapai tingkat penguasaan yang sama. Sebaliknya kurikulum yang progresif lebih banyak memberi kebebasan kepada siswa untuk menentukan apa yang akan dipelajarinya, sesuai dengan minat dan kesanggupannya dalam suasana yang mengizinkan kebebasan.
4.      Kurikulum tradisional menyamaratakan semua siswa baik mengenai bahan, metode belajar-mengajar, maupun evaluasi. Kurikulum progresif memperhatikan bahkan membantu perkembangan keunikan individu.
5.      Kurikulum tradisional menerima kenyataan dalam masyarakat sebagaimanaadanya, sedangkan kurikulum progresif berusaha untuk mengubah lingkungan untukmembentuk dunia yang lebih baik.
Kalau diteliti lebih lanjut dapat lagi kita temui perbedaan lain antara kedua pendekatan dalam pengembangan kurikulum. Dapat kita katakan, bahwa kurikulum progresif merupakan reaksi dalam berbagai bentuk terhadap kekurangan-kekurangan yang terdapat dalam kurikulum tradisional. Namun betapa pun kritik terhadap kurikulum tradisional, kurikulum ini tetap bertahan.
2.4 KOMPONEN-KOMPONEN KURIKULUM
Ralph W.Tyler dalam bukunya Basic Principles of Curriculum andInstruction (1949), salah satu buku yang paling berpengaruh dalam pengembangan kurikulum, mengajukan 4 pertanyaan pokok, yakni :
1.      Tujuan apa yang harus dicapai sekolah?
2.      Bagaimanakah memilih bahan pelajaran guna mencapai tujuan itu?
3.      Bagaimanakah bahan disajikan agar efektif diajarkan?
4.      Bagaimanakah efektivitas belajar dapat dinilai?
Berdasarkan pertanyaan itu, maka diperoleh keempat komponen kurikulum yakni, (1) tujuan, (2) bahan pelajaran, (3) proses belajar-mengajar, (4) evaluasi atau penilaian. Keempat komponen ini dapat digambarkan dalam bagan sebagai berikut.
                                         TUJUAN

            EVALUASI                               BAHAN

                                            PBM
Pola kurikulum yang dikemukakan oleh Tyler ini tampaknya sangatsederhana, namun dalam kenyataannya lebih kompleks daripada yang diduga. Takmudah menentukan tujuan pendidikan atau pelajaran, tak mudah pula menentukanbahan yang tepat guna mencapai tujuan itu, misalnya bahan untuk mendidik anak agarmenjadi manusia pembangun, jujur, kerja keras, dan sebagainya. Menentukan PBMyang efektif tak kurang sulitnya, karena keberhaslannya baru diketahui setelah dinilai.Konsep tayle tentang komposisi kurikulum tentu mendapat kritik, namunmasih dipertimbangkan hingga sekarang.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Kurikulum merupakan seperangkat pelajaran yang harus diberikan kepada siswa dengan metode tertentu dan pengalaman belajar yang relevan dengan tujuan pembelajaran di bawah tanggung jawab sekolah.
Asas-asas yang mendasari setiap kurikulum, yakni :
1.      Asas filosofis yang berkenaan dengan tujuan pendidikan yang sesuai dengan filsafat negara.
2.      Asas psikologis yang memperhitungkan faktor anak dalam kurikulum yakni a.psikologi anak, perkembangan anak, b. psikologi belajar, bagaimana prosesbelajar anak.
3.      Asas sosiologis, yaitu keadaan masyarakat, perkembangan dan perubahannya,kebudayaan manusia, hasil kerja manusia berupa pengetahuan, dan lain-lain.
4.      Asas organisatoris yang mempertimbangkan bentuk dan organisasi bahan pelajaran yang disajikan.
Komponen kurikulum yakni, (1) tujuan, (2) bahan pelajaran, (3) proses belajar-mengajar, (4) evaluasi atau penilaian.
3.2 SARAN
Karena keterbatasan informasi, dalam penulisan makalah ini hanya membahas singkat tentang pengelolaan kelas. Untuk mengetahui informasi yang lebih lengkap tentang pengelolaan kelas ini, penulis menyarankan untuk mencari informasi yang berkaitan dengan makalah ini dari berbagai sumber.


            DAFTAR PUSTAKA
Jamaluddin, Derry.2011.http://deryjamaluddin.page.tl/Asas_asas-Kurikulum.html. di unduh tanggal 10 Februari 2014
Kharis, Akhmad.2013.http://akhmadkk.blogspot.com/2013/02/pengertian-dan-asas-asas-kurikulum.html. di unduh tanggal 10 Februari 2014
NN.2013. http://www.slideshare.net/balidgunners/asas-asaskurikulum3#. Di unduh tanggal 10 Februari 2014
Prof. Dr. S. Nasution, M.A. 2011. Asas-Asas Kurikulum. Bumi Aksara: Jakarta
Toni. R. 2009.http://tonipurwakarta.blogspot.com/2009/01/azas-azas-kurikulum. html. Di unduh tanggal 10 Februari 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar